Sabtu, 26 Desember 2015

“Hidup Baru Di Mahad”
Oleh ; Dewi Lestari ( 11523157 )

Di sore yang dingin ini, hujan terus mengguyur basah kota pontianak yang sekarang menjadi tempat tinggal baruku,, aku duduk tak bergeming menatap keluar jendela, ku pandangi derasnya hujan, ku amati dedaunan kering yang berjatuhan dari pohonnya karena diterpa derasnya angin yang mengeluarkan alunan gemersiknya hujan disore ini, aku berbaring ditempat tidur kecilku ini, aku terenyuh dalam lamunanku , hari ini tepat satu bulan aku tinggal di Mahad Al-jamiah IAIN Pontianak, tempat dimana aku akan meminta perlindungan dalam mengadu nasib di kota yang jauh dari orangtua, disini juga aku akan di didik, dijaga, serta di rehabilitasi agar menjadi orang jauh lebih baik lagi, khususnya menjadi seorang wanita muslimah yang berakhlak baik.
Sesaat aku terdiam tanpa gerak,, pikiranku terarah pada saat aku masih berada dekat dengan kedua orang tua ku yang sangat aku sayangi, tanpa terasa butiran-butiran bening keluar dari sudut kedua mataku yang tiada berkedip, air mata rindu pada hangatnya pelukan mereka mengalir begitu saja, “ Ya Allah andai mereka tau betapa aku sangat merindukan mereka”,,,,, aku merindukan masakan Bunda, omelan bunda yang setiap pagi karena ulahku yang selalu bangun kesiangan dan susah sekali untuk dibangunkan,  manja-manjaan dengan Bapak, membuat bapak jengkel lama menunggu kalau aku sudah menggunakan sepeda motornya,, batinku berucap lirih ,,,,,,,,,“Oh tentu mereka juga merindukan kenakalan ku”.......
Tiba-tiba! aku tersadar dari lamunanku oleh gumparan kesar bunyi yang petir yang menggelegar di atas sana, akupun duduk dan menyeka air mataku yang masih meleleh dipipi gendutku, bunyi kerasnya petir tadi membuat jantungku terasa bergetar, ku rangkul erat-erat kedua kakiku seraya meringkuk sedih sambil memandangi kaki tanganku yang tampak kurus dari sebelumnya karena menahan beban kerasnya hidup di perkotaan, mungkin tubuh ini perlu keterbiasaan dengan suasana hidup baru, kesibukan-kesibukan yang terkadang sampai membuat ku lupa makan, kepedihan menahan rindu dengan eorangtua serta kekhawatiran mengahadapi sulitnya hidup disini. “ sungguh! Aku sangat merindukan kampung halamanku yang jauh lebih tenang dibandingkan hidup disini” ,,,,,,,,,,,,”namun apa daya! demi menempuh pendidikan aku harus sabar dan ikhlas untuk semuanya”.
Azan magrib berkumandang hingga menyadarkanku untuk segera beribadah dan menyampaikan keluh kesahku kepada Allah SWT, karena tidak ada tempat yang paling tepat selain kepada_Nya... akupun beranjak dari tempat tidur dan langsung bergegas ke kamar mandi untuk berwudhu, kemudian segera turun ke lantai satu untuk sholat berjamaah bersama mahasantri lainnya.. disini aku harus benar-benar tekun dalam beribadah, aku mesti banyak belajar tentang ilmu agama, dan aku yakin disini adalah tempat yang tepat untuk aku menimba ilmu agama yang kelak InsyaAllah akan berguna untuk dunia dan akhirat. Meski Baru satu bulan disini, aku merasa telah banyak berubah dalam diriku, terutama tentang sikap dan perilaku, serta pakaian dalam menutup aurat, yang dulunya diriku tidak pernah memakai hijab paling pada saat-saat tertentu, seperti mengaji dan lain-lain.
Drastis!,,, perubahan kepribadianku, sungguh hal yang tidak pernah kuduga sebelumnya, “secepat ini kah..? “,,, ya!,,, aku tidak percaya pada diriku sendiri kalau sekarang kenyataannya aku sudah menjadi wanita yang berhijab Syar’i yang sesuai dalam syariat agama. Padahal sebenarnya niat untuk berhijab syar’i ini belum ada secara mendasar dari dalam diriku, jangankan berhijab syar’i menggunakan hijab saja belum ada niat dari diriku, meski sesekali sempat pernah terlintas dalam benakku untuk berhijab, namun itu hanya sebuah pikiran belaka Yang kemudian pikiran itu mudah saja aku buang.

Di mahad inilah kubuang semua masalaluku yang buruk, ku ubah semua kepribadianku, ku anggap ini semua sebagai jalan dari Allah SWT yang sengaja ditunjukan kepadaku agar menjadi seorang wanita yang kelak bisa membahagiakan kedua orangtuanya, disini pula aku akan menata diri lebih baik lagi dalam menjalankan hidup kerdepannya. Aturan demi atauran disini sangat berperan dalam menggerakan hati nuraniku untuk menjadi wanita sholeh yang berakhalak,, dan pertama yang aku lakukan adalah selalu mencermati dan mengindahkan nasehat-nasehat dari Ustad dan ustadzah yang merupakan tenaga pengajar disini, kata-kata mereka aku simpan di dalam pikiran jernihku, aku harus menganggap mereka sebagai orangtua baruku, yang tentunya orang yang harus aku hormati dan taati.
Suatu pagi sebelum berangkat kuliah! Kukenakan kerudung pink yang baru seminggu lalu ku beli dari ustadzah, serta rok hitam panjang dan baju kemeja putih milikku yang biasa aku pakai untuk kulaih, aku bercermin, ku pandangi lekat-lekat bayangan diriku dicermin, kemudian aku berbicara sendiri sambil tertawa geli “ Subahannallah!,,, inikah diriku ketika berpenampilan tertutup dengan hijab syar’i?,, bukankah kelihatan lebih anggun ketimbang berpenampilan transparan!”,,,,,,,, memang hijab yang panjang minimal menutupi dada membuatku sedikit lebih anggung meski dengan wajah yang pas-pasan bahkan kurang, tubuhku yang mungil, rambutku yang panjang, dan kulitku yang menurutku kekuning-kuningan semua tersimpan sunyi didalam hijab syar’iku, aku merasa terlindungi dengan hijabku.
Namun sudah sejauh ini aku berubah, belum pernah sekalipun aku  bercerita kepada keluargaku di kampung bagaimana diriku yang sekarang, aku pikir biarlah nanti mereka yang melihat dan menilainya sendiri, akan tetapi anehnya kakakku berbicara setengah menggodaku ketika suatu malam dia menelponku, dengan cengengesan dan santainya dia berkata “ Ciieeee!!,,, preman insab ni!!.....” perkataannya membuatku diam sejenak baru aku bisa menyela dan berpura-pura tidak mengerti dengan ia bicarakan, yang aku herankan dari mana dia mengetahuinya?.. aku hanya bisa berkira-kira saja “ ah mungkin dia tau karena melihat cara aku membalas smsnya dengan sedikit lebih sopan dari yang sudah-sudah.
Ketika mengenakan hijab syar’i seperti sekarang aku merasa sedikit lebih dihargai oleh siapapun, dan aku belum mengerti mengapa demikian, yang jelas pandangan orang terhadapku menjadi berbeda, itu terbukti teman-teman SMA ku mengatakan kalau aku sekarang jauh lebih dewasa dengan berpenampilan seperti ini, dan dari cara mereka menyampaikanpun dengan perkataan yang lebih sopan kepadaku,  mereka mereka cukup membuatku tersanjung sendiri, karena aku ingat betul seperti apa penampilanku ketika belum tinggal di mahad ini, masyaAllah! aku cenderung memakai pakaian yang kelihatan lekukan-lekukan tubuh, transparan, sexy, dan sering menghias-hiasi rambut dengan berbagai model, maka dari itu aku bersyukur kepada Allah SWT, karena telah memberiku petunjuk serta hidayah untuk tinggal disini menata hidup baru. Aku berharap kedepannya nanti semoga aku bisa mempertahankan hijabku, serta aku mampu mengamalkan apa yang sudah aku pelajari disini... amiiinnnn!!!!!!!!!!!!
Jika berbicara tentang fasilitas, tinggal disini sangat menjamin, dengan kamar yang lumayan layak untuk ditempati dua orang santri, wc dengan airnya yang bersih, dapur, balkon, lemari, tempat tidur, meja dan kursi belajar yang sudah disediakan dari sini, kegiatannya sudah dijadwalkan dengan baik seperti belajar malam dan pagi, sholat berjamaah, mengaji bersama dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang lain demi tercapainya visi dan misi di Mahad ini.
Namun semua tidak mungkin semudah dan sesuai dengan yang saya bayangkan, aturan demi aturan disini terkadang membuatku merasa seperti di penjara, tetapi Alhamdullillah teman-teman bilang “ disini adalah penjara syurga”, perkataan merekalah yang mebuatku sedikit terhibur dan ikhlas dalam menjalankan semua aktifitas serta mentaati aturan-aturan yang diberlakukan disini, merekapun senantiasa menasehatiku agar aku mengubah pola pikirku dan harus selalu ingat tujuan aku kesini adalah untuk Hijrah, bukan hanya untuk numpang tinggal dan saja, mereka juga sering menceritakan bagaimana awal mereka tinggal disini, mereka juga merasakan seperti yang aku rasakan, namun seiring berjalannya waktu semuanya menjadi sebuah kebiasaan, setelah itulah muncul rasa kesadaran dalam diri mereka untuk mulai menyukai hidup baru mereka disini.
Setelah sekian panjang cerita mereka untuk memotifasiku, akupun bisa merasakan ada sedikit harapan untuk selalu tersenyum dengan apa saja yang aku alami disini, dan mecoba selalu ikhlas dengan tujuan hijrah mencari dan menuai banyak ilmu disini, lagi pula jika dipikir-pikir kegiatan-kegiatan disini tidaklah terlalu sulit, memang benar apa yang teman-teman katakan hanya karena diriku saja yang belum terbiasa sehingga semuanya terasa sulit dan melelahkan, padahal jika aku mampu menganggap seru semua kegiatan disini pasti berubah menjadi menyenangkan sekali!, seperti setiap malam minggu ada kegiatan muhadharah, dimana bentuk kegitatan para mahasantri unjuk berpidato menggunakan bahasa asing, drama, bernyanyi, stand up comedy, semuanya tentu menggunkan bahasa arab dan bahasa inggris... aku sendiri pernah menjadi pembawa acara dengan berbahasa inggris,,,,,,”Alhamdullillah” ucapku ketika disuruh oleh anggota Dema menjadi pembawa acara.
Masih banyak lagi kegiatan-kegiatan unggulan di mahad ini yang menjadikan mahad ini terkenal dikalangan masyarakat. Banyaknya kegiatan pastinya menguras tenaga dan banyak menghabiskan waktu, namun aku menyadari aku bukanlah anak manja yang selalu berlindung diketiak kedua orangtua ku , aku harus ingat latar belakang diriku bukanlah berasal dari anak orang kaya yang senantiasa dilindungi kedua orangtuanya sehingga mereka tidak pernah merasakan bagaimana susah dan hidup menderita!, diriku anak kedua dari tiga bersaudara, kakakku sudah menikah semenjak selesai SMA, sedangkan adikku sekarang baru menginjak kelas 3 sekolah dasar karena aku dan adikku berbeda usia 12 tahun, jadi tidak ada alasan untukku mempunyai pikiran untuk manja kepada orangtua.
Mengingat latar belakangku tersebutlah, aku tidak pernah mengeluh kepada orangtuaku tentang kehidupanku disini,,, paling aku hanya menceritakan kesibukan dan meminta maaf pada mereka jika aku jarang bisa menghubungi mereka, akan tetapi aku merasakan kalau bapak dan bunda mengetahui bagaimana menderitanya aku disini, itu terbukti ketika menelponku suara bunda seperti sedang menangis, apa lagi ketika menannyakan tentang kabar dan kesehatanku, aku tau seperti apapun aku menyembunyikannya menutup-nutupinya dari mereka namun bunda tetaplah bisa dan akan selalu bisa merasakan apa yang sedang aku rasakan.
 “ ya Allah aku menutupinya bukan karena ingin membohongi mereka!,tetapi karena aku tidak ingin menambah pikiran mereka, sudah cukup selama ini aku selalu menyusahkan dan menjadi beban untuk mereka,bahkan mungkin tanpa senagaja aku pernah menyakiti hati mereka, tidakkah aku sadar kalau mereka sangat mengkhawatirkanku..” gumamku ketika mendengar nada pilu dari ucapan bundaku.

            Suatu malam badanku terasa sangat lelah sekali, tulangku terasa remuk,kepala terasa berat untuk digerakan, aktifitas seharian ini membuatku benar-benar kelelahan, ku rebahkan tubuhku! Dan mencoba melupakan rasa lelahku dengan dengan melapalkan ayat suci Al-Qur’an yang aku hapal, setelah beberapa ayat selesai ku baca!,, tiba-tiba saja! ada bunda duduk disampingku dan tanpa berbicara langsung mengelus sayang rambutku seraya mengompres kepalaku dengan air hangat kuku, aku tersenyum!, kurasakan hangatnya tangan bunda, dan ketika itu aku bangkit ingin memeluknya aku terhempas kelantai dari tempat tidurku, kurasakan badanku kesakitan karena jatuh kebawah dari tempat tidurku, sambil mengusap-usap kedua mataku aku tersadar,,,” Subahannallah!,, ternyata itu semua hanya MIMPI!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar