“Hidup Baru Di Mahad”
Oleh ; Dewi Lestari ( 11523157 )
Di sore yang dingin ini, hujan terus
mengguyur basah kota pontianak yang sekarang menjadi tempat tinggal baruku,,
aku duduk tak bergeming menatap keluar jendela, ku pandangi derasnya hujan, ku
amati dedaunan kering yang berjatuhan dari pohonnya karena diterpa derasnya
angin yang mengeluarkan alunan gemersiknya hujan disore ini, aku berbaring
ditempat tidur kecilku ini, aku terenyuh dalam lamunanku , hari ini tepat satu
bulan aku tinggal di Mahad Al-jamiah IAIN Pontianak, tempat dimana aku akan
meminta perlindungan dalam mengadu nasib di kota yang jauh dari orangtua, disini
juga aku akan di didik, dijaga, serta di rehabilitasi agar menjadi orang jauh
lebih baik lagi, khususnya menjadi seorang wanita muslimah yang berakhlak baik.
Sesaat aku terdiam tanpa gerak,,
pikiranku terarah pada saat aku masih berada dekat dengan kedua orang tua ku
yang sangat aku sayangi, tanpa terasa butiran-butiran bening keluar dari sudut
kedua mataku yang tiada berkedip, air mata rindu pada hangatnya pelukan mereka
mengalir begitu saja, “ Ya Allah andai mereka tau betapa aku sangat merindukan
mereka”,,,,, aku merindukan masakan Bunda, omelan bunda yang setiap pagi karena
ulahku yang selalu bangun kesiangan dan susah sekali untuk dibangunkan, manja-manjaan dengan Bapak, membuat bapak
jengkel lama menunggu kalau aku sudah menggunakan sepeda motornya,, batinku
berucap lirih ,,,,,,,,,“Oh tentu mereka juga merindukan kenakalan ku”.......
Tiba-tiba! aku tersadar dari
lamunanku oleh gumparan kesar bunyi yang petir yang menggelegar di atas sana,
akupun duduk dan menyeka air mataku yang masih meleleh dipipi gendutku, bunyi
kerasnya petir tadi membuat jantungku terasa bergetar, ku rangkul erat-erat
kedua kakiku seraya meringkuk sedih sambil memandangi kaki tanganku yang tampak
kurus dari sebelumnya karena menahan beban kerasnya hidup di perkotaan, mungkin
tubuh ini perlu keterbiasaan dengan suasana hidup baru, kesibukan-kesibukan
yang terkadang sampai membuat ku lupa makan, kepedihan menahan rindu dengan eorangtua
serta kekhawatiran mengahadapi sulitnya hidup disini. “ sungguh! Aku sangat
merindukan kampung halamanku yang jauh lebih tenang dibandingkan hidup disini” ,,,,,,,,,,,,”namun
apa daya! demi menempuh pendidikan aku harus sabar dan ikhlas untuk semuanya”.
Azan magrib berkumandang hingga
menyadarkanku untuk segera beribadah dan menyampaikan keluh kesahku kepada
Allah SWT, karena tidak ada tempat yang paling tepat selain kepada_Nya...
akupun beranjak dari tempat tidur dan langsung bergegas ke kamar mandi untuk
berwudhu, kemudian segera turun ke lantai satu untuk sholat berjamaah bersama
mahasantri lainnya.. disini aku harus benar-benar tekun dalam beribadah, aku
mesti banyak belajar tentang ilmu agama, dan aku yakin disini adalah tempat
yang tepat untuk aku menimba ilmu agama yang kelak InsyaAllah akan berguna
untuk dunia dan akhirat. Meski Baru satu bulan disini, aku merasa telah banyak
berubah dalam diriku, terutama tentang sikap dan perilaku, serta pakaian dalam
menutup aurat, yang dulunya diriku tidak pernah memakai hijab paling pada
saat-saat tertentu, seperti mengaji dan lain-lain.
Drastis!,,, perubahan kepribadianku,
sungguh hal yang tidak pernah kuduga sebelumnya, “secepat ini kah..? “,,,
ya!,,, aku tidak percaya pada diriku sendiri kalau sekarang kenyataannya aku
sudah menjadi wanita yang berhijab Syar’i yang sesuai dalam syariat agama.
Padahal sebenarnya niat untuk berhijab syar’i ini belum ada secara mendasar
dari dalam diriku, jangankan berhijab syar’i menggunakan hijab saja belum ada
niat dari diriku, meski sesekali sempat pernah terlintas dalam benakku untuk
berhijab, namun itu hanya sebuah pikiran belaka Yang kemudian pikiran itu mudah
saja aku buang.
Di mahad inilah kubuang semua
masalaluku yang buruk, ku ubah semua kepribadianku, ku anggap ini semua sebagai
jalan dari Allah SWT yang sengaja ditunjukan kepadaku agar menjadi seorang
wanita yang kelak bisa membahagiakan kedua orangtuanya, disini pula aku akan
menata diri lebih baik lagi dalam menjalankan hidup kerdepannya. Aturan demi
atauran disini sangat berperan dalam menggerakan hati nuraniku untuk menjadi
wanita sholeh yang berakhalak,, dan pertama yang aku lakukan adalah selalu
mencermati dan mengindahkan nasehat-nasehat dari Ustad dan ustadzah yang
merupakan tenaga pengajar disini, kata-kata mereka aku simpan di dalam pikiran
jernihku, aku harus menganggap mereka sebagai orangtua baruku, yang tentunya
orang yang harus aku hormati dan taati.
Suatu pagi sebelum berangkat kuliah!
Kukenakan kerudung pink yang baru seminggu lalu ku beli dari ustadzah, serta
rok hitam panjang dan baju kemeja putih milikku yang biasa aku pakai untuk
kulaih, aku bercermin, ku pandangi lekat-lekat bayangan diriku dicermin,
kemudian aku berbicara sendiri sambil tertawa geli “ Subahannallah!,,, inikah
diriku ketika berpenampilan tertutup dengan hijab syar’i?,, bukankah kelihatan
lebih anggun ketimbang berpenampilan transparan!”,,,,,,,, memang hijab yang
panjang minimal menutupi dada membuatku sedikit lebih anggung meski dengan
wajah yang pas-pasan bahkan kurang, tubuhku yang mungil, rambutku yang panjang,
dan kulitku yang menurutku kekuning-kuningan semua tersimpan sunyi didalam
hijab syar’iku, aku merasa terlindungi dengan hijabku.
Namun sudah sejauh ini aku berubah,
belum pernah sekalipun aku bercerita
kepada keluargaku di kampung bagaimana diriku yang sekarang, aku pikir biarlah
nanti mereka yang melihat dan menilainya sendiri, akan tetapi anehnya kakakku
berbicara setengah menggodaku ketika suatu malam dia menelponku, dengan
cengengesan dan santainya dia berkata “ Ciieeee!!,,, preman insab ni!!.....”
perkataannya membuatku diam sejenak baru aku bisa menyela dan berpura-pura
tidak mengerti dengan ia bicarakan, yang aku herankan dari mana dia
mengetahuinya?.. aku hanya bisa berkira-kira saja “ ah mungkin dia tau karena
melihat cara aku membalas smsnya dengan sedikit lebih sopan dari yang
sudah-sudah.
Ketika mengenakan hijab syar’i
seperti sekarang aku merasa sedikit lebih dihargai oleh siapapun, dan aku belum
mengerti mengapa demikian, yang jelas pandangan orang terhadapku menjadi
berbeda, itu terbukti teman-teman SMA ku mengatakan kalau aku sekarang jauh
lebih dewasa dengan berpenampilan seperti ini, dan dari cara mereka
menyampaikanpun dengan perkataan yang lebih sopan kepadaku, mereka mereka cukup membuatku tersanjung sendiri,
karena aku ingat betul seperti apa penampilanku ketika belum tinggal di mahad
ini, masyaAllah! aku cenderung memakai pakaian yang kelihatan lekukan-lekukan
tubuh, transparan, sexy, dan sering menghias-hiasi rambut dengan berbagai
model, maka dari itu aku bersyukur kepada Allah SWT, karena telah memberiku
petunjuk serta hidayah untuk tinggal disini menata hidup baru. Aku berharap
kedepannya nanti semoga aku bisa mempertahankan hijabku, serta aku mampu
mengamalkan apa yang sudah aku pelajari disini... amiiinnnn!!!!!!!!!!!!
Jika berbicara tentang fasilitas,
tinggal disini sangat menjamin, dengan kamar yang lumayan layak untuk ditempati
dua orang santri, wc dengan airnya yang bersih, dapur, balkon, lemari, tempat
tidur, meja dan kursi belajar yang sudah disediakan dari sini, kegiatannya
sudah dijadwalkan dengan baik seperti belajar malam dan pagi, sholat berjamaah,
mengaji bersama dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang lain demi
tercapainya visi dan misi di Mahad ini.
Namun semua tidak mungkin semudah dan
sesuai dengan yang saya bayangkan, aturan demi aturan disini terkadang
membuatku merasa seperti di penjara, tetapi Alhamdullillah teman-teman bilang “
disini adalah penjara syurga”, perkataan merekalah yang mebuatku sedikit
terhibur dan ikhlas dalam menjalankan semua aktifitas serta mentaati
aturan-aturan yang diberlakukan disini, merekapun senantiasa menasehatiku agar
aku mengubah pola pikirku dan harus selalu ingat tujuan aku kesini adalah untuk
Hijrah, bukan hanya untuk numpang tinggal dan saja, mereka juga sering
menceritakan bagaimana awal mereka tinggal disini, mereka juga merasakan
seperti yang aku rasakan, namun seiring berjalannya waktu semuanya menjadi
sebuah kebiasaan, setelah itulah muncul rasa kesadaran dalam diri mereka untuk
mulai menyukai hidup baru mereka disini.
Setelah sekian panjang cerita mereka
untuk memotifasiku, akupun bisa merasakan ada sedikit harapan untuk selalu
tersenyum dengan apa saja yang aku alami disini, dan mecoba selalu ikhlas
dengan tujuan hijrah mencari dan menuai banyak ilmu disini, lagi pula jika
dipikir-pikir kegiatan-kegiatan disini tidaklah terlalu sulit, memang benar apa
yang teman-teman katakan hanya karena diriku saja yang belum terbiasa sehingga
semuanya terasa sulit dan melelahkan, padahal jika aku mampu menganggap seru
semua kegiatan disini pasti berubah menjadi menyenangkan sekali!, seperti
setiap malam minggu ada kegiatan muhadharah, dimana bentuk kegitatan para
mahasantri unjuk berpidato menggunakan bahasa asing, drama, bernyanyi, stand up
comedy, semuanya tentu menggunkan bahasa arab dan bahasa inggris... aku sendiri
pernah menjadi pembawa acara dengan berbahasa inggris,,,,,,”Alhamdullillah”
ucapku ketika disuruh oleh anggota Dema menjadi pembawa acara.
Masih banyak lagi kegiatan-kegiatan
unggulan di mahad ini yang menjadikan mahad ini terkenal dikalangan masyarakat.
Banyaknya kegiatan pastinya menguras tenaga dan banyak menghabiskan waktu,
namun aku menyadari aku bukanlah anak manja yang selalu berlindung diketiak
kedua orangtua ku , aku harus ingat latar belakang diriku bukanlah berasal dari
anak orang kaya yang senantiasa dilindungi kedua orangtuanya sehingga mereka
tidak pernah merasakan bagaimana susah dan hidup menderita!, diriku anak kedua
dari tiga bersaudara, kakakku sudah menikah semenjak selesai SMA, sedangkan
adikku sekarang baru menginjak kelas 3 sekolah dasar karena aku dan adikku
berbeda usia 12 tahun, jadi tidak ada alasan untukku mempunyai pikiran untuk
manja kepada orangtua.
Mengingat latar belakangku
tersebutlah, aku tidak pernah mengeluh kepada orangtuaku tentang kehidupanku
disini,,, paling aku hanya menceritakan kesibukan dan meminta maaf pada mereka
jika aku jarang bisa menghubungi mereka, akan tetapi aku merasakan kalau bapak
dan bunda mengetahui bagaimana menderitanya aku disini, itu terbukti ketika
menelponku suara bunda seperti sedang menangis, apa lagi ketika menannyakan
tentang kabar dan kesehatanku, aku tau seperti apapun aku menyembunyikannya
menutup-nutupinya dari mereka namun bunda tetaplah bisa dan akan selalu bisa
merasakan apa yang sedang aku rasakan.
“ ya Allah aku
menutupinya bukan karena ingin membohongi mereka!,tetapi karena aku tidak ingin
menambah pikiran mereka, sudah cukup selama ini aku selalu menyusahkan dan
menjadi beban untuk mereka,bahkan mungkin tanpa senagaja aku pernah menyakiti
hati mereka, tidakkah aku sadar kalau mereka sangat mengkhawatirkanku..” gumamku
ketika mendengar nada pilu dari ucapan bundaku.
Suatu malam
badanku terasa sangat lelah sekali, tulangku terasa remuk,kepala terasa berat
untuk digerakan, aktifitas seharian ini membuatku benar-benar kelelahan, ku
rebahkan tubuhku! Dan mencoba melupakan rasa lelahku dengan dengan melapalkan
ayat suci Al-Qur’an yang aku hapal, setelah beberapa ayat selesai ku baca!,,
tiba-tiba saja! ada bunda duduk disampingku dan tanpa berbicara langsung
mengelus sayang rambutku seraya mengompres kepalaku dengan air hangat kuku, aku
tersenyum!, kurasakan hangatnya tangan bunda, dan ketika itu aku bangkit ingin
memeluknya aku terhempas kelantai dari tempat tidurku, kurasakan badanku
kesakitan karena jatuh kebawah dari tempat tidurku, sambil mengusap-usap kedua
mataku aku tersadar,,,” Subahannallah!,, ternyata itu semua hanya MIMPI!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar