Minggu, 27 Mei 2018

KOMUNIKASI PEMASARAN PERBANKAN SYARIAH “MARKETING COMMUNICATION TOOLS II” BY; SISKA KLANDINA


MAKALAH
KOMUNIKASI PEMASARAN PERBANKAN SYARIAH
 “MARKETING COMMUNICATION TOOLS II
SCR_20160615_000356.png
Dosen Pengampu
Handes, M.I.KOM.
Disusn Oleh :
Siska Klandina
NIM : 11523101

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONTIANAK
TAHUN 2018/2019




KATA PENGANTAR

        Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat illahi rabbi, Allah SWT. Tidak lupa salawat serta salam penulis haturkan ke Baginda Nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga (ahlubait), sahabat (ahlusunnah wal jamaah) serta para pengikutnya hingga akhir zaman, amin.
        Didalam makalah ini penulis akan berusaha mencoba membahas tentang “Marketing Communication Tools II” tugas mata kuliah dari dosen Handes, M.IKOM. Penulis akan berusaha menjelaskan se-Obyek mungkin secara umum, meskipun pembahasan makalah ini hanya sebatas pada kajian pustaka semata dan browsing diinternet, tidak melakukan investigasi/ langsung terjun ke lapangan namun itu semua tidak mengurangi pembahasan pada makalah ini.
        Hanya kepada Allah SWT, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya dan masyarakat luas.
        Demikianlah pengantar singkat tentang makalah ini, tidak ada kesempurnaan dalam diri manusia kecuali Allah SWT semata. Masukan serta kritikan sangat berguna bagi penulis, guna penyempurnaan pembahasan dan pemahaman yang telah penulis lakukan. Terima Kasih dan Akhirul Kalam.

                                                                                                            Pontianak, Mei 2018

                                                                                                                      Penulis








DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB II.
 PEMBAHASAN
A.    Marketing Communication Tools II
1.    Advertising
a.    Menentukan Tujuan Periklanan
b.    Pengaruh Periklanan
c.    Strategi Periklanan
d.    Penetapan Strategi Pesan
e.    Efektivitas Periklanan
2.    Public Relations
a.    Tujuan Public Relations
b.    Proses Public Relations
BAB III.
PENUTUP
1.    Kesimpulan
2.    Daftar pustaka













BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Komunikasi pemasaran mempunyai peran yang sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan pencitraan (image) atas suatu merek tertentu. Selain itu dengan komunikasi pemasaran dapat mengembangkan kesadaran konsumen terhadap produk/jasa yang dihasilkan perusahaan, sehingga konsumen mengenal produk/jasa yang ditawarkan. Dengan begitu dapat merangsang terjadinya penjualan. Komunikasi pemasaran lebih menekankan pada pemenuhan secara langsung produk atau jasa yang diperlukan oleh konsumen. Dengan demikian pemasaran senantiasa berupaya untuk meningkatkan hubungan pertukaran ekonomi antara organisasi dan konsumennya.
Dalam setiap kegiatan pemasaran, elemen yang sangat penting untuk diperhatikan adalah komunikasi. Dengan komunikasi, kegiatan pemasaran akan berlangsung dengan sedemikian rupa dan dapat mencapai segala sesuatu yang diinginkan, salah satunya adalah proses pembelian. Pada tingkat dasar, komunikasi dapat menginformasikan dan membuat konsumen potensial menyadari atas keberadaan produk yang ditawarkan. Komunikasi dapat berusaha membujuk komsumen saat ini dan konsumen potensial aagar berkeinginan masuk dalah hubungan pertukaran. Komunikasi juga dapat dijadikan sebagi pengingat bagi konsumen transaksi pertukaran pada produk ini. Selain itu, peran lain komunikasi dalam pemasaran adalah untuk membedakan produk yang ditawarkan perusahaan dengan perusahaan lainnya. Pada tingkatan lebih tinggi, peran komunikasi tidak hanya berperan pada mendukung transaksi dengan menginformasikan, membujuk, mengingatkan dan membedakan produk, tetapi juga menawarkan sarana pertukaran itu sendiri.
Seiring dengan perkembangan zaman, kini komunikasi pemasaran lebih dikenal dengan komunikasi pemasaran terpadu, yang artinya suatu konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang mengakui nilai tambah dari suatu rencana komprehensif yang mengevaluasi peran strategis dari berbagai disiplin komunikasi misalnya, iklan media cetak-elektronik, respon langsung, promosi penjualan, dan hubungan masyarakat guna memberikan kejelasan, konsistensi serta dampak komunikasi yang maksimal. Marketing Public Relations sebagai alat komunikasi pemasaran yang memadukan pelaksanaan program dan strategi pemasaran (Marketing Strategi Implementation) dengan aktivitas program kerja PR (Work Program of Public Relations).
Kotler & Kevin menegaskan bahwa komunikasi pemasaran juga banyak melaksanakan fungsi bagi konsumen. Komunikasi pemasaran dapat memberitahu atau memperlihatkan kepada konsumen tentang bagaimana dan mengapa produk itu digunakan, oleh orang macam apa, serta dimana dan kapan.
Konsumen dapat mempelajari tentang produk apa, siapa yang memproduksi, mereknya apa, cocok dikonsumsi oleh siapa, apa keunggulan nya, dapat diperoleh di mana, dan bagaimana caranya memperoleh produk itu. Dengan demikian komunikasi pemasaran memiliki peran yang sangat penting bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan produk yang dipasarkan kepada pasar sasaran secara lebih luas, bahkan dapat berkontribusi terhadap ekuitas merek dengan menanamkan merek dalam ingatan dan menciptakan citra (image) merek, serta mendorong penjualan, dan memperluas pasar.
Kontribusi komunikasi pemasaran dalam membentuk ekuitas merek melalui bauran komunikasi (marketing communication mix) dan kerangka dasar komunikasi umum (iklan, promosi penjaualan, acara dan pengelaman, hubungan masyarakat dan publisitas, pemasaran langsung & pemasaran intekaktif, dari mulut ke mulut, dan penjualan personal) akan membentuk pemahaman konsumen terhadap kesadaran merek, citra merek, respon merek, dan hubungan merek. Dalam operasional perusahaan komunikasi pemasaran memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah organisasi atau perusahaan, komunikasi pemasaran memiliki peranan memberikan informasi, membujuk, mengingatkan konsumen secara langsung maupun tidak langsung tentang produk dan merek yang dijual.
Komunikasi pemasaran melaksanakan banyak fungsi kepada konsumen atau pasar sasaran terutama memberitahu dan memperlihatkan seputar bagaimana dan mengapa produk itu digunakan, siapa pasar sasarannya, dimana dan kapan produk itu dapat diperoleh.
Seiring dengan perkembangan zaman, usaha makanan di Indonesia cukup menjanjikan. Mulai dari makanan nusantara hingga oleh-oleh khas daerah. Salah satu industri oleh-oleh khas daerah adalah brem Madiun. Brem Madiun diproduksi secara mandiri oleh warga madiun, terutama di daerah Kaliabu dan Bancong, Caruban. 4
Padahal brem yang selama ini diakui sebagai buatan Madiun sebenarnya diproduksi di Caruban. Sudah sejak berpuluh tahun silam kota itu dikenal sebagai sentra industri rumahan brem.
Kalau pun pembuatnya memakai nama Madiun mungkin agar orang lebih mudah mengingat daripada Caruban. Caruban yang terletak di sebelah timur Madiun memang kurang begitu dikenal sebagaimana daerah industri yang memiliki nama besar dengan produk sangat populer.
Sekitar 5 km ke arah selatan Caruban, tepatnya menuju Desa Kaliabu dan Bancong, kesan awalnya tidak tampak kalau kedua desa tersebut sebagai penghasil brem. Desa itu agak terisolasi karena sarana jalannya belum begitu baik. Untuk ke sana harus naik ojek bertarif 10 ribu. Jalannya sebagian sudah beraspal tetapi banyak yang rusak. Skala industri rumahan dengan proses produksi sebagian besar masih tradisional itu merupakan usaha turun-temurun dari kakek-nenek hingga cucu. Hampir semua menerapkan model pengelolaan secara kekeluargaan. Brem sudah dibuat sejak zaman Belanda oleh orang Kaliabu yang waktu itu mengungsi ke Moneng, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun (sekitar 13 km sebelah barat Kaliabu). Begitu kondisi Desa Kaliabu aman lagi, mereka kembali ke kampungnya dan tetap membuat brem yang hingga kini menjadi mata pencarian turun-temurun warga desa setempat. Tidak diketahui persis berapa jumlah produsen industri brem di Kaliabu, 25 km sebelah utara kota Madiun. Walau brem sudah diperkenalkan sampai ke wilayah lain bahkan menyeberang pulau, pemasarannya tetap tak pernah membesar. Cara pengemasan yang kurang menarik agaknya ikut menambah kurang berkembangnya pemasaran makanan itu.
Tidak ada yang tahu pasti asal-usul sejarah makanan khas Madiun ini. Namun dari mulut ke mulut, generasi ke generasi, dapat ditangkap bahwa penganan ini termasuk jenis makanan mewah di masa penjajahan. Hal yang cukup dimaklumi, karena pada saat itu bahan ketan sebagai bahan utama membuat brem, sangat sulit terjangkau. Yang pasti, pembuatan brem di desa itu merupakan tradisi turun temurun yang diwariskan nenek moyang para warganya.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Marketing Communication Tools 1
1. Deskripsi Materi
Marketing Communication tools atau alat komunikasi pemasaran ialah mengkoordinasikan berbagai elemen promosi dan kegiatan pemasaran lainnya, pada bagian ini kita akan membahas soft sell promotion seperti periklanan (advertising), dan Public Relations. Alat komunikasi pemasaran merupakan media yang dapat ditempuh perusahaan untuk mewujudkan komunikasi pemasaran efektif untuk berbagai tujuan, seperti membangun dan meningkatkan brand image dan brand awareness. Tidak semua jenis produk/jasa selalu efektif dengan pendekatan soft selling, ada sebagian kategori yang memang lebih efektif menggunakan pendekatan langsung (hard selling), karena itu mulailah dari sudut pandang diri sendiri sebagai konsumen, apakah lebih menyukai produk/jasa tersebut ditawarkan secara langsung atau tidak.
1. Advertising
Periklanan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling banyak digunakan perusahaan dalam mempromosikan produknya. Menurut Lee dan Johnson dalam Munandar dan Priatna (2007: 3), “Periklanan adalah komunikasi komersil dan nonpersonal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak target melalui media bersifat massal seperti televisi, radio, koran, majalah, direct mail (pengeposan langsung), reklame luar ruang, atau kendaraan umum”. Sedangkan menurut Tjiptono (2005: 226) mengatakan bahwa Iklan adalah bentuk komunikasi tidak langsung yang didasari pada informasi tentang keungulan atau keuntungan suatu produk, yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan mengubah pikiran seseorang untuk melakukan pembelian”.
Periklanan (Advertising) adalah bentuk komunikasi melalui iklan, secara sederhana iklan adalah pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media. Menurut Kasali (2007: 9) dimana sifatnya iklan menginformasikan mengenai produk dan persuasif. Informasi ditentukan dan dibuat oleh pengiklan dengan bantuan advertising agency. Iklan dipasang di media-media sesuai tujuan dan strategi dengan melakukan pembelian ruang iklan di media-media. Karakteristik dari iklan sendiri adalah bersifat non-personal, komunikasi satu arah, ada sponsor (khalayak yang peduli), dan bertujuan untuk mengubah sikap dan perilaku. Biasanya advertising dipakai ketika perusahaan suatu perusahaan ingin mengubah customer dari unaware menjadi aware terhadap suatu brand. Adapun pengertian advertising secara komperehensif adalah semua bentuk aktivitas untuk menghadirkan dan mempromosikan ide, barang atau jasa secara nonpersonal yang dibayar oleh sponsor tertentu (Kotler & Keller yang dialih bahasakan oleh Benyamin Molan (2007: 244). Secara umum iklan itu berwujud penyajian informasi nonpersonal tentang suatu produk, merk, perusahaan, atau toko yang dijalankan denga kompensasi tertentu.
Baik iklan atau periklanan, keduanya merupakan pesan yang ditujukan kepada khalayak. Namun ada hal yang membedakannya yaitu; iklan lebih cenderung kepada produk atau merupakan hasil dari periklanan. Sedangkan periklanan merupakan keseluruhan proses yang meliputi penyiapan, perencanaan pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian iklan (Djoko, 2011). Iklan itu bisa saja menyenangkan, penuh kejutan, penuh kenangan dan lucu, namun tetap saja tidak menjual produk. Terkadang, pernyataan positioning yang kacau balau atau tidak tegas menjadi penyebabnya. Beberapa iklan yang mampu menciptakan mood yang sensasional dan menampilkan citra yang tidak terlupakan, tetapi gagal menghubungkan mood dan citra tersebut dengan produk yang dijual, tanpa memperhatikan alasan-alasan tertentu, setiap hari jutaan dolar terbuang terbuang percuma untuk membuat iklan yang tidak berguna (Schulz, 2011: 147).
Meskipun iklan yang hebat dapat saja mengagumkan, mengembangkan suatu kampanye yang efektif bukanlah suatu seni. Itu merupakan hasil dari pembelajaran strategis, riset yang cermat dan pemahaman yang jernih tentang keuntungan yang relevan dan bermakna yang membuat produk yang menarik dimata konsumen. Perusahaan dan agen iklan harus memperhatikan bahwa pelaksanaan kerja kreatif tersebut menyampaikan pesan yang jelas dan kuat untuk mendorong keinginan konsumen untuk membeli (Schulz, 2011: 148). Periklanan merupakan bagian dari bauran pemasaran maka sesungguhnya mempunyai kaitan yang erat dengan elemen-elemen pemasaran lainnya. Diantaranya ialah; volume, penekanan dan penentuan saat periklanan sangat ditentukan oleh situasi atau karakter siklus hidup produk yang bersangkutan. Sebagai contoh, jika produk yang bersangkutan memiliki siklus hidup ganda atau tengah berada pada tahapan menuju klimaks, maka kegiatan periklanannya harus lebih diintensifkan ketimbang jika produk yang bersangkutan sudah pada titik klimaks. Elemen pemasaran lain yang terkait adalah citra produk. Citra produk yang terbaik biasanya tercipta melalui kegiatan-kegiatan periklanan. Dan juga segmen pasar yang dipilih sangat menentukan corak periklanan yang akan diluncurkan atau media yang harus dipilih (Hanantijo, 2011).
Menurut Chamidah, (2007) agar periklanan dapat mencapai respons audiens seperti yang diinginkannya, periklanan harus dilakukan dengan kreatif. Periklanan yang kreatif dapat diwujudkan dengan melalui proses kreatifitas periklanan. Untuk menjadikan ide yang tepat effektif, dan kreatif, ide harus relevan dengan audiens target. Dalam melakukan kreativitas periklanan pengiklan juga harus memperhatikan struktur iklan dan penting untuk menentukan tujuan (respons) periklanan dengan berpatokan pada model-model kumunikasi yang menjelaskan dampak kumunikasi terhadap respons seseorang.
a. Menentukan Tujuan Periklanan
Tujuan periklanan adalah menentukan apa yang perusahaan harapkan dari pelaksanaan periklanan. Tujuan-tujuan periklanan hendaknya dinyatakan secara jelas. Tepat dan dalam lingkup-lingkup yang terukur. Ketepatan dan daya ukur memungkinkan para pengiklan mengevaluasi kesuksesan periklanan pada akhir kampanye periklanan, menilai apakah tersebut. Tujuan ini didasarkan pada situasi persaingan terkini, atau situasi yang akan diantisipasi dalam ketagori produk.
Apapun jenis dari periklanan maka tujuan akhirnya adalah sama yaitu untuk membantu penjualan suatu barang atau jasa dengan jalan si pengusaha atau si pemasang iklan menyampaikan pesan pesan dan mengadakan suatu komunikasi dengan para konsumen melalui iklan. Adapun tujuan periklanan secara langsung adalah mengadakan atau memperluas pasaran barang atau jasa. Bantuk tujuan langsung dari periklanan terjadi;
1) Menarik perhatian untuk barang atau jasa yang dijual (Capture attention).
2) Mempertahankan perhatian yang telah ada (hold attention)
3) Memakai atau menggunakan perhatian yang telah ada untuk menggerakan calon konsumen untuk bertindak (make useful lasting impressions).
Tercapainya tujuan periklanan sangat tergantung pada sikap dari masyarakat terhadap barang atau jasa yang diiklankan tersebut dan harus juga diingat bukan barang atau jasa saja yang bisa membentuk sikap masyarakat tetapi bagaimana suatu ide tentang suatu barang atau jasa dapat dinilai oleh masyarakat itu sendiri.
b. Pengaruh Periklanan
Dilihat dari fungsi dan tujuan iklan di atas, terdapat persamaan yaitu melakukan promosi terhadap produk sehingga konsumen terpengaruh untuk membeli atau menggunakan produk yang diiklankan. Selain itu dengan menggunakan media iklan, juga dapat memberikan informasi kepada konsumen mengenai produk yang dipasarkan. Hal yang biasa dilakukan dalam menghadapi situasi persaingan yang ketat, maka pelaku usaha berusaha untuk menguasai pasar yang ada. Oleh sebab itu, diperlukan periklanan untuk meningkatkan penjualan dari produk yang ada, agar lebih dikenal dan digemari oleh konsumen dan iklan digunakan sebagai alat untuk menghasilkan keuntungan yang besar. Pemasaran (marketing) sebenarnya lebih sekedar mendistribusikan barang dari para pelaku usaha selaku produsen kepada konsumen.
Pemasaran sesungguhnya meliputi semua tahapan, yaitu mulai dari penciptaan produk hingga sampai pelayanan purna jual setelah transaksi penjualan itu sendiri terjadi. Salah satu tahapan dalam pemasaran tersebut adalah periklanan. Tahapan-tahapan tersebut merupakan mata rantai yang saling berhubungan dan jalinannya akan terputus jika salah satu mata rantai tersebut lemah. Dengan demikian, periklanan merupakan tahapan yang sangat penting, sama pentingnya dengan mata rantai yang lain dari proses pemasaran. Keberhasilan mata rantai yang satu sangat menentukan keberhasilan yang lain. Produk barang atau jasa itu sendiri, baik penamaannya, pengemasannya, penetapan harga dan distibusinya, semuanya tercermin dalam kegiatan periklanan yang seringkali disebut sebagai darah kehidupan bagi suatu organisasi. Tanpa adanya periklanan, berbagai poduk barang atau jasa tidak akan dapat mengalir secara lancar ke para distributor atau penjual, apalagi sampai ke tangan para konsumen. Keberhasilan dari suatu perekonomian secara nasional banyak ditentukan oleh kegiatan-kegiatan periklanan dalam menunjang usaha penjualan yang menentukan kelangsungan hidup produksi pabrik-pabrik, terciptanya lapangan pekerjaan, serta adanya hasil yang menguntungkan dari seluruh uang yang telah diinvestasikan. Hal ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa negara-negara yang makmur senantiasa disemarakkan oleh kegiatan-kegiatan periklanan yang gencar.
Pada dasarnya periklanan adalah bagian dari kehidupan industri modern, dan hanya bisa ditemukan di negara-negara maju atau negara-negara yang tengah mengalami perkembangan ekonomi yang pesat. Kehidupan dunia modern kita saat ini sangat tergantung pada iklan. Tanpa iklan para produsen dan distributor tidak akan dapat menjual barangnya, sedangkan di sisi lain para pembeli tidak akan memiliki informasi yang memadai mengenai produk-produk barang dan jasa yang tersedia di pasar. Jika itu terjadi maka dunia industri dan perekonomian modern pasti akan lumpuh. Jika sebuah perusahaan ingin mempertahankan tingkat keuntungannya, maka ia harus melangsungkan kegiatan-kegiatan periklanan secara memadai dan terus-menerus. Produksi massal menuntut adanya suatu tingkat konsumsi yang juga bersifat massal dan prosesnya mau tidak mau harus melibatkan berbagai kegiatan periklanan melalui media massa yang diarahkan ke pasar-pasar yang juga bersifat massal.
Periklanan sebagai media informasi yang terpenting dalam rangka promosi atau pemasaran suatu produk. Iklan erat hubungannya dengan dunia usaha dimana dengan iklan menjadi jalan bagi para pelaku usaha untuk memperkenalkan produknya kepada konsumen. Tanpa adanya iklan para produsen tidak akan dapat menjual produknya, sedangkan di sisi lain para konsumen tidak akan memiliki informasi yang memadai mengenai produk-produk yang tersedia di pasar. Jika itu terjadi maka dunia industri dan perekonomian modern pasti akan lumpuh. Dalam menghadapi situasi persaingan yang ketat, maka pelaku usaha harus berusaha untuk menguasai pasar yang ada. Oleh sebab itu, maka diperlukan periklanan untuk meningkatkan penjualan dari produk yang ada supaya lebih dikenal dan digemari oleh konsumen dan iklan digunakan sebagai alat untuk menghasilkan keuntungan.
c. Strategi Periklanan
Strategi memegang peranan vital dalam penentuan keberhasilan iklan. Strategi merupakan dasar membangun merek, strategi menjaga agar periklanan dan elemen pemasaran berada dalam jalur yang tepat serta membangun kepribadian merek dengan jelas dan konsisten. Strategi mewakili jiwa sebuah merek dan menjadi elemen penting untuk keberhasilan (Roman, Maas & Nisenholtz, 2005). Periklanan (advertising) merupakan salah satu bentuk/model komunikasi pemasaran yang paling popular dan paling banyak dipergunakan oleh berbagai perusahaan, karena periklanan memiliki banyak pilihan media (elektronik dan non elektronik), banyak variasi dan banyak sasaran. Vakratsas (1999) menyatakan “that advertising effects should be studied in a space, with affect, cognition, and experience as the three dimensions. Advertising positioning in this space should be determined by context, which reflects advertising’s goal diversity, product category, competition, other aspect of mix, stage of product life cycle, and target market”. Jadi peranan periklanan pada pembentukan sikap dan pengalaman konsumen. Berpengaruh pada siklus kehidupan produk dan membidik target pasar yang dikehendaki.
Advertising input, merupakan masukan didalam periklanan, berupa isi pesan, jadwal media dan pengulangan. Bentuk dan kreasi periklanan di sini besar pengaruhnya terhadap keberhasilan dalam komunikasi pemasaran. Penyaringan (filters) merupakan sikap konsumen pertama kali menerima iklan. Konsumen memperhatikan atau tidak tergantung dengan motivasinya dan kemampuannya (keterlibatannya). Konsumen merupakan sasaran periklanan akan bersikap berdasarkan kesadaran, tergerak hatinya dan pengalaman sebagai unsur pertimbangan dalam diri konsumen. Perilaku konsumen merupakan tindakan konsumen atas adanya iklan, apakah melakukan pilihan, mengkonsumsi, loyal terhadap produk tertentu, menjadi kebiasaan dan lain-lain adalah merupakan tolok ukur keberhasilan periklanan.
Strategi iklan harus mampu menjawab pertanyaan dasar dari rancangan sebuah sebuah kampanye periklanan yang dirumuskan dalam 5W + 1H (Suhandang, 2005) seperti: What, apa tujuan iklan? Who, siapa khalayak yang dijangkau? When, kapan iklan dipasang? Where, di mana iklan dipasang? Why, mengapa harus demikian? How, bagaimana bentuk iklannya?
Tujuan dari strategi adalah usaha untuk menciptakan iklan yang efektif, oleh karena itu selain rumusan pertanyaan 5W + 1H maka pengetahuan yang cukup tentang produk, persaingan pasar atau kompetitor dan analisis mendalam tentang konsumen merupakan kunci pokok yang harus diketahui oleh pemasar sebelum merumuskan sebuah strategi. Tujuan dari strategi adalah usaha untuk menciptakan iklan yang efektif, oleh karena itu selain rumusan pertanyaan 5W + 1H maka pengetahuan yang cukup tentang produk, persaingan pasar atau kompetitor dan analisis mendalam tentang konsumen merupakan kunci pokok yang harus diketahui oleh pemasar sebelum merumuskan sebuah strategi (Batey, 2003) (Batey, 2003 dikutip dari Zaki, 2009)
Komunikasi pemasaran melalui kegiatan promosi periklanan merupakan salah satu strategi dalam memperkenalkan atau menjelaskan produk yang di pasarkan. Strategi yang sering dipergunakan dalam membidik pasar sasaran adalah adanya pengelompokan pasar/segmen sebagai wilayah calon pembeli/pemakai. Pemilihan kelompok pasar yang spesifik akan lebih mudah mengkomunikasikan produk melalui media periklanan. Ciri atau karakter pada sekelompok segmen pasar merupakan data untuk memudahkan memasarkan produk. Segmen pasar menjadi acuan dan tujuan utama dari produk yang ditawarkan melalui periklanan. Oleh karena itu dalam merancang desain periklanan harus memahami dan mengenal apa yang terjadi di pasar sebagai tempat pelemparan produk (Lukitaningsih, 2013: 124-126).
d. Penetapan Strategi Pesan
Dalam Teori Ilmu Komunikasi, kepenerimaan komunikan akan pesan yang disampaikan oleh komunikator menjadi dasar penilaian akan keberhasilan suatu proses komunikasi (Effendi, 1981) Jadi penetapan strategi pesan periklanan merupakan suatu keputusan strategis yang mampu menjamin sukses atau gagalnya suatu iklan. Hal pertama yang harus dilihat dalam iklan adalah keuntungan kunci konsumen atau ide inti sebagai jantung strategi pesan iklan. Kampanye iklan yang efektif sangat berperan besar dalam pencapaian pangsa pikiran (mind share) dan pangsa pasar (market share). Kampanye iklan yang efektif merupakan kampanye periklanan yang didasarkan pada satu tema besar saja. Tema besar ini dikenal sebagai what to say-nya sebuah iklan atau inti dari pesan yang ingin dikomunikasikan kepada audiens.
Kampanye iklan didasarkan hanya pada satu tema besar saja karena keterbatasan daya ingat manusia. Setiap hari pikiran konsumen dibombardir oleh puluhan bahkan mungkin ratusan iklan. Dengan menggunakan satu tema maka kemungkinan akan diingatnya pesan suatu iklan oleh konsumen akan jauh lebih besar daripada menggunakan beberapa tema, hal ini berlaku terutama untuk produk paritas dengan USP yang sama dengan produk competitor. Secara empiris hampir semua kampanye periklanan yang hanya didasarkan pada satu tema selalu sukses dijalankan, semua advertising campaigns telah membuktikan keberhasilannya dengan hanya menggunakan satu tema utama saja (Durianto, dkk, 2003). Menetapkan satu tema utama dalam membuat iklan berarti mengkomunikasikan satu hal yang kita anggap penting. Untuk menentukan tema yang tepat, diperlukan suatu analisis terhadap produk secara cermat, mendalam dan konprehensif yang terkait dengan keadaan atau fitur produk, harga, sasaran pasar, tingkat persaingan, aspek demografis, dan unsur lainnya yang terkait (Wibowo, 2003).
Ada banyak strategi pendekatan dalam menganalisis sebuah produk untuk menemukan pesan apa (what to say) yang ingin disampaikan kepada konsumen. Pemilihan strategi yang terbaik adalah tergantung dari produk, kompetitor dan target market. Dalam prakteknya, beberapa aliran besar teori strategi kreatif yang sering digunakan untuk menentukan pesan atau tema utama yang diangkat dalam sebuah kampanye, yaitu:
1) Produk benefit/feature oriented
Kreatifitas pesan iklan berfokus pada penonjolan keistimewaan khusus produk (Widyatama, 2005) keistimewaan tersebut tidak dimiliki oleh kompetitor lain dan merupakan sesuatu yang dicari-cari, menjadi ciri khas dan dijadikan alasan bagi konsumen untuk mengguanakan produk tersebut. Aliran ini dipelopori oleh Rosser Reeves sebagai salah satu tokoh Ted Bates Ad Agency pada dekade 1950-an. Rosser Reeves menggambarkan strategi pesan yang disebutnya dengan istilah “Unique Selling Proposition” atau USP ini dalam tiga komponen (www.cashflowseller.com/USP.html) yaitu:
a) Iklan harus membuat suatu dalil kepada konsumen.
Masing-Masing iklan harus berkata kepada konsumen akan manfaat spesifik yang diberikan produk
b) Dalil tidak dimiliki atau tidak ditawarkan kompetitor manapun.
Dalil harus unik, baik suatu keunikan merek maupun suatu klaim yang tidak dibuat iklan lain. Suatu Dalil Penjualan Unik harus mampu menjawab pertanyaan “Mengapa konsumen membeli produkmu sebagai ganti produk pesaingmu?”
c) Dalil harus sangat kuat sehingga mampu menggerakkan konsumen
Kunci untuk memelihara fokus USP adalah pengulangan. Reeves menggabungkan USP dan pengulangan pesan untuk keberhasilan iklan yang mampu menggerakkan konsumen
Dasar untuk memilih strategi USP ini adalah (Durianto, dkk, 2003):
a) Produk yang diiklankan adalah produk untuk kategori baru (tapi bukan merek baru).
b) Benefit produk yang utama belum semua terpakai atau belum dikomunikasikan oleh kompetitor.
c) Benefit yang ditonjolkan benar-benar unik dan substansial di mata konsumen.
Dalam perkembangannya strategi ini kemudian memiliki kelemahan dan mulai ditinggalkan, kemajuan teknologi membuat perusahaan dapat membuat produk yang sama yang juga memiliki keunikan dan keistimewaan yang sama dengan kualitas sama. Oleh karena itu semakin sulit bagi konsumen untuk menemukan USP (Ries & Jack Trout, 2002) (untuk pengembangannya lihat rincian pesan pada bab sebelumnya)
2) Brand image oriented
Merek atau produk diproyeksikan atau dikaitkan pada suatu citra dan kepribadian tertentu melalui kampanye periklanan, pencitraan ini berorientasi pada simbol kehidupan (Widyatama, 2005). Gagasan utamanya adalah agar konsumen dapat menikmati keuntungan secara psikologis dan emosional dari sebuah produk yang digunakan (selain keuntungan fisik yang ada). Aliran ini dipelopori oleh David Ogilvy dari Ogilvy & Mather pada dekade 1960-an. latar belakang lahirnya aliran ini karena produk yang ada hampir tidak memiliki keunggulan yang berbeda atau unik, maka diciptakanlah image, citra atau personality tertentu untuk membedakannya dengan catatan tidak mengubah image tersebut dalam kurun waktu yang lama (Durianto, dkk, 2003). Acuan penggunaan strategi brand image oriented adalah jika produk bersifat paritas atau produk sejenis yang telah memenuhi pasar dari berbagai merek, sementara merek satu dengan yang lainnya tidak memiliki perbedaan substansial dengan kompetitor.
Iklan-iklan pada masa sekarang umumnya hadir dengan bentuk-bentuk pencitraan dalam rangka untuk membangun sebuah citra merek yang positif dimata konsumen. Bentuk-bentuk pencitraan tersebut merupakan sebuah langkah dari strategi pesan, yang disebut dengan strategi citra merek atau brand image. Dalam strategi citra merek terdapat bentuk strategi yaitu strategi differensiasi. Maksudnya adalah sampai di mana produk atau brand tersebut mampu membangun image khusus, dan unik. Differensiasi sebuah merek untuk memaksimalkan efektifitas sebuah iklan harus dibangun melalui gaya periklanan yang konsisten (lihat juga strategi differensiasi).
3) Positioning Oriented
Positioning adalah sesuatu yang dilakukan terhadap pikiran, yakni menempatkan produk pada tangga-tangga atau kotak pikiran calon konsumen (Al Ries & Jack Trout, 2002). Konsep utama dalam strategi periklanan ini adalah berorientasi pada kompetitor, khususnya yang merupakan market leader. Selain itu orientasi positioning juga berdasarkan pada keunggulan atribut, manfaat dan product class atau posisi relatif terhadap kompetitor (Kartajaya, 2004). Pelopor aliran Positioning adalah Jack trout dan Al Ries, menurut kedua tokoh periklanan ini, agar suatu merek mudah diingat oleh konsumen produk harus “dikaitkan” dengan market leader namun tanpa “head on attack” dengan market leader tersebut (Madjadikara, 2004). Selain berorientasi pada pesaing, positioning harus berorientasi pada target market yang ingin dijangkau. Karena itu positioning harus membuat produk, jasa atau perusahaan itu dipersepsikan berbeda, tak sekedar beda tapi harus bisa memisahkan diri dari yang lain, dan yang lebih penting kalau bisa perbedaan itu disukai bahkan ditunggu-tunggu calon konsumen.
Dalam strategi positioning benak konsumenlah yang menjadi “medan perang”. Positioning merupakan pernyataan yang bisa menghasilkan keunggulan di benak orang yang ingin dituju. Maka dalam menciptakan positioning ada empat acuan yang harus diperhatikan (Kartajaya, 2004: 14) yaitu:
a) Positioning harus dipersepsi secara positif oleh konsumen dan menjadi reason to buy.
b) Positioning mencerminkan kekuatan dan keunggulan kompetitif produk atau perusahaan
c) Positioning harus bersifat unik sehingga dapat dengan mudah mendeferensiasikan diri dengan pesaing d) Berkelanjutan dan selalu relevan dengan berbagai perubahan.
e. Efektivitas Periklanan
Pada saat ini, pengertian efektif sering diidentikkan dengan tepat guna. Suatu iklan dapat dikatakan efektif, apabila tujuan dari periklanan tersebut dapat tercapai atau terlaksana. Lingga Purnama (2001: 159) menyatakan bahwa: “Tujuan dari pembuatan iklan harus dapat menginformasikan, membujuk dan mengingatkan pembeli tentang produk yang ditawarkan oleh perusahaan melalui media iklan tersebut”. T. Hani Handoko (1998: 103) menyatakan bahwa ada beberapa kriteria dalam menilai efektivitas, yaitu: kegunaan, ketepatan dan objektivitas, ruang lingkup, efektivitas biaya, akuntabilitas, dan ketepatan waktu.
Agar berguna bagi perusahaan dalam pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran, maka suatu periklanan harus fleksibel, stabil, berkesinambungan dan sederhana serta mudah untuk dipahami. Hal ini memerlukan analisis, peramalan dan pengembangan usaha periklanan dengan mempertimbangkan segala sesuatu pembuatan iklan sebagai proses yang berkesinambungan. Kegiatan iklan harus dievaluasi untuk mengetahui apakah jelas, mudah dipahami, dan akurat dan tepat pada sasarannya. Berbagai keputusan dan kegiatan perusahaan hanya efektif bila didasarkan atas informasi yang tepat. Periklanan juga perlu memperhatikan prinsip- prinsip kelengkapan (comprehensiveness), kepaduan (unity) dan konsistensi. Efektivitas biaya menyangkut masalah waktu, usaha dan aliran emosional dari pencapaian iklan tersebut. Kemudian periklanan juga harus memperhatikan aspek tanggung jawab atas pelaksanaan iklan tersebut dan tanggungjawab atas implementasi kegiatan periklanan tersebut. Sehingga segala kegiatan periklanan yang telah dilakukan akan tepat waktu sesuai dengan yang direncanakan. Apabila tujuan periklanan tersebut dapat tercapai, dengan terlebih dahulu mengadakan pemilihan media yang sesuai serta mengadakan penyusunan anggaran untuk kegiatan periklanan tersebut, maka suatu iklan dapat dikatakan efektif.
Selain itu persepsi mengenai endorser juga mempengaruhi pembentukan sikap konsumen sasaran terhadap sikap mereka pada iklan. Sehingga secara tidak langsung persepsi mengenai endorser mempengaruhi minat beli (purchase intention) konsumen melalui sikap terhadap merek (brand attitude) dan sikap terhadap iklan (attitude toward the ad) (Yulistiano & Suryandari, 2003). Akan tetapi menurut Alifahmi (2005) untuk produk tertentu seperti kosmetik, pakaian, dan perhiasan, pengaruh dan citra bintang iklannya bisa lebih kuat dari pada produk itu sendiri. Karena sangat populernya endorser yang digunakan, konsumen hanya ingat bintang iklannya (endorser) tapi lupa merek produknya (Alifahmi, 2005). Respon paling kritis dari seorang konsumen adalah rasa tidak suka atau persepsi negatif terhadap endorser. Hal ini akan mendorong penurunan penerimaan pesan. Umumnya ini terjadi ketika konsumen berpendapat bahwa endorser berkata tidak jujur atau membohongi sehingga konsumen kurang menerima apa yang endorser katakana (Yulistiono & Suryandari, 2003: 231).
2. Public Relations
Public Relations atau humas menurut Frank Jefkins (2002:9) adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya. Sementara DeFleur dan Dennis (1988: 297) mengutip Edward L. Bernays, yang menyatakan bahwa public relations merupakan “profesi yang berkenaan dengan relasi-relasi sebuah unit dengan publik atau publik-publiknya yang merupakan relasi yang menjadi dasar berlangsungnya kehidupan”. DeFleur dan Dennis (1988: 298) sendiri menyatakan, bahwa pada dasarnya public relations merupakan proses komunikasi di mana individu atau unit-unit masyarakat berupaya untuk menjalin relasi yang terorganisasi dengan berbagai kelompok atau publik untuk tujuan tertentu.
Sedangkan McNamara (2002: 1) membuat definisi yang menunjuk pada tujuan aktivitas public relations. Namara mendefinisikan public relations sebagai “aktivitas berkelanjutan untuk menjamin perusahaan memiliki citra yang kuat di mata publik”. Selain itu Rhenal Kesali (1994: 6 dalam Iriantara, 2004: 44) mengutip John R. Marston, menyebut public relations sebagai “komunikasi persuasif dan terencana yang dirancang untuk mempengaruhi publik yang signifikan”. Publik yang signifikan tersebut adalah stakeholder lembaga. Definisi lain yang dikutip Kesali diambil dari public relations news yang menyatakan, “public relations adalah fungsi manajemen yang melakukan evaluasi terhadap sikap-sikap publik, mengidentifikasi kebijakan dan prosedur seseorang/sebuah perusahaan terhadap publiknya, menyusun rencana serta menjalankan program-program komunikasi untuk memperoleh pemahaman dan penerimaan publik. Sementara Rhenal Kesali (1994: 5) menyebutkan, bahwa public relations merupakan suatu fungsi strategi dalam manajemen yang melakukan komunikasi untuk menimbulkan pemahaman dan penerimaan publik.
Belch (1998: 20), public relations adalah suatu fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap publik, mengidentifikasi kebijakan dan prosedur dari seseorang atau organisasi dengan publiknya dan menjalankan suatu program untuk mendapatkan pemahaman dan pengakuan publik. Burnett dan Moriarty (1998:345) mengungkapkan bahwa Public Relations adalah komunikasi informasi melalui berbagai media untuk mempengaruhi pendapat publik. (Clow dan Baack, 2001:485) dan Fill (1995:394) berpendapat bahwa Public Relations adalah merupakan suatu alat yang berhubungan sikap dan gaya dimana suatu organisasi berinteraksi dengan mayoritas publiknya. Selanjutnya, Scott M. Cutlip mengatakan hubungan yang paling kuat dalam praktek kegiatan public relations adalah menjalankan fungsi manajemen pada suatu perusahaan atau organisasi. Keberadaan public relations pada umumnya ikut mempengaruhi kebijakan perusahaan atau organisasi dengan kata lain sebagai perpanjangan tangan dari apa yang dilakukan oleh top manajemen atau pimpinan perusahaan. Selain itu, penjabaran praktek public relations merupakan cara lain untuk mendefinisikan fungsinya. Secara operasional Scott M. Cutlip mendefinisikan “public relations merupakan fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap masyarakat, mengenali kebijakan dan prosedur individu atau organisasi dalam kepentingan masyarakat, dan merencanakan serta melaksanakan program tindakan untuk mendapatkan pengertian dan penerimaan masyarakat.” lebih lanjut dikatakan Scott M. Cutlip evolusi konsep public relations serta berbagai upaya untuk menjabarkan prakteknya menuntun kita pada definisi “public relations merupakan fungsi manajemen yang membentuk dan memelihara hubungan yang saling menguntungkan antara organisasi dan masyarakat, yang menjadi sandaran keberhasilan dan kegagalannya”. Definisi konseptual ini menempatkan berbagai ragam aktivitas dan tujuan dalam praktek public relations sebagai fungsi manajemen. (Scott M. Cutlip, 2000: 3-5)
Beberapa definisi tersebut di atas menunjukkan pula bahwa public relations adalah fungsi manajemen. Untuk bisa memahami public relations sebagai fungsi manajemen, tentu saja mesti dipahami dulu makna manajemen itu sendiri. Manajemen adakalanya diartikan sebagai sekumpulan orang, dan adakalanya pula diartikan diartikan sebagai fungsi. Public relations sebagai fungsi manajemen pun bisa memiliki makna yang berbeda. Pertama, public relations sebagai fungsi manajemen dapat diartikan sebagai peran yang dimainkan oleh mereka yang mengambil keputusan secara kolektif, yakni manajemen, dan kedua, public relations dapat diartikan juga sebagai peran yang dijalankan untuk memberi manfaat pada orang-orang yang berada dalam manajemen melalui orang-orang diluar manajemen yang dilayaninya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, Oxley (1987: 12-13 dalam Iriantara) menyebutkan tugas public relations yang pada intinya adalah untuk memberi layanan pada orang-orang yang disebut manajemen itu. Secara rinci tugas-tugas tersebut adalah: pertama, member saran kepada manajemen tentang sumua perkembangan internal dan eksternal yang mungkin mempengaruhi hubungan organisasi dengan publik-publiknya; kedua, meneliti dan menafsirkan untuk kepentingan organisasi, sikap publik-publik utama pada saat ini atau antisipasi sikap publik-publik pokok terhadap organisasi; ketiga, bekerja sebagai penghubung (liaison) antara manajemen dan public-publiknya; dan keempat, member laporan berkala kepada manajemen tentang semua kegiatan yang mempengaruhi hubungan public dan organisasi. Sebagai fungsi manajemen, public relations memampukan organisasi untuk mencapai hubungan yang efektif dengan berbagai khalayaknya melalui pengertian sikap, nilai, dan opini khlayak (Well, et.al., 1995: 619). Karena itu, pada dasarnya semua organisasi yang memiliki manajemen akan mempraktikkan public relations tersebut. (Iriantara, 2004: 44-45).
Dengan demikian definisi Public Relations dapat dikatakan suatu profesi yang menghubungkan antara lembaga atau organisasi dengan publiknya yang ikut menentukan kelangsungan hidup lembaga tersebut. Karena itu PR berfungsi menumbuhkan hubungan baik antara segenap komponen, memberikan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi. PR pada dasarnya menciptakan kerjasama berdasarkan hubungan baik dengan publik. Dalam PR dibedakan dua macam publik yang menjadi sasaran yakni publik internal dan eksternal. Menurut Dozier (1992 dalam blog.wordpress.com) peranan praktisi humas dalam organisasi merupakan salah satu kunci penting untuk pemahaman akan fungsi public relations dan komunikasi organisasi disamping sebagai sarana pengembangan pencapaian profesionalitas dari praktisi humas. Secara sederhana tugas praktisi kehumasan adalah menjadi penghubung antara lembaga publik dengan masyarakat luas, agar tercapai saling pengertian, kerjasama dan sinergi yang positif antara berbagai pihak yang ada.
a. Tujuan Public Relations
Komunikasi menjadi bagian penting dalam menentukan keberhasilan sebuah perusahaan. Komunikasi digunakan untuk menjalin hubungan dengan seluruh publik perusahaan, baik yang berada di dalam maupun yang berada di luar. Dimana peran komunikasi biasanya dilakukan oleh public relations atau humas perusahaan. Meskipun pada praktiknya masih ditemui banyaknya keragaman antara humas pada setiap perusahaan. Pada dasarnya public relations dalam perusahaan dibentuk dan menjalankan fungsinya didasarkan pada tiga aspek (Putra, 1993), yaitu; Pertama, public relations dibentuk karena adanya kesadaran organisasi atas konsekuensi logis dan saling ketergantungan dalam kehidupan masyarakat; Kedua, dikarenakan adanya kesadaran pengelola organisasi untuk dapat terus berkomunikasi dengan semua publiknya; Ketiga, Public Relations dibentuk disebabkan oleh adanya kesadaran organisasi untuk dapat mencapai integrasi secara menyeluruh dengan komunitasnya.
Sesuai dengan tujuan utamanya, PR dituntut untuk mengembangkan atau membangun hubungan yang baik, tidak hanya dengan pihak pers, tetapi juga dengan berbagai pihak luar atau kalangan yang terkait (external relations). Dengan pengertian bahwa PR adalah fungsi manajemen, ini berarti PR adalah fungsi melekat dan tidak lepas dari manejemen suatu organisasi. Tujuannya adalah membentuk good will, toleransi (tolerance), saling kerjasama (mutual symbiosis), saling mempercayai (mutual confidence), saling pengertian (mutual understanding), dan saling menghargai (mutual appreciation), serta memperoleh opini publik yang favorable, baik hubungan ke dalam (internal relations) maupun hubungan ke luar (external relations). (Ruslan, 1999: 31).
Oxley (1987: 35) menyebut tujuan PR sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari tujuan organisasi, mengingat PR adalah fungsi manajemen satu organisasi dan PR pun bekerja di dalam organisasi itu. Bahkan dalam pandangan Oxley, hal ini harus dipandang sebagai salah satu prinsip PR. Lebih lanjut, Oxley menegaskan bahwa prinsip “tujuan PR jelas dan mutlak memberi sumbangan pada objektif organisasi secara keseluruhan” harus menjadi pegangan bagi siapa pun yang merencanakan dan menjalankan program-program PR. Sedangkan tujuan kegiatan PR menurut Oxley adalah “mengikhtiarkan dan memelihara saling pengertian antara organisasi dan publiknya”. (Iriantara, 2004: 17).
Tujuan lain dari kegiatan PR adalah memenangkan citra positif perusahaan. Citra publik tentang suatu organisasi dipengaruhui oleh seberapa besar pemahamannya terhadap organisasi tersebut. Pemahaman yang berasal dari informasi yang tidak lengkap akan menghasilkan citra yang tidak sempurna pula. Menjadi tantangan bagi seorang PR untuk bisa memberikan informasi yang selengkap mungkin tentang organisasinya melalui kegiatan komunikasi. Informasi yang disampaikan kepada publik adalah informasi yang disesuiakan dengan kebutuhan publik yang berbeda-beda, yang tentu saja menyebabkan kebutuhan mereka akan informasi pun berbeda-beda.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut diperlukan satu bagian dari manajemen yang melakukan kegiatan komunikasi secara terencana bagi kepentingan organisasi dan publiknya. Tony Greener menyatakan bahwa PR adalah “presentasi positif suatu organisasi kepada keseluruhan publiknya (Greener, 1995: 4)”. PR merupakan suatu cara bagaimana menampilkan diri sendiri dan ditampilkan dalam rangka mempengaruhi cara bagaimana orang berpikir tentang perusahaan. Karenanya keberadaan PR diperuntukkan:
1) Menciptakan reputasi bagi perusahaan dan organisasi.
2) Menciptakan reputasi para individu sebagai ahli di bidang yang dipilihnya.
3) Meningkatkan kesadaran terhadap produk dan layanan dan pada organisasi yang mengadakan mereka.
4) Mempertinggi Nama baik dari suatu kedudukan masyarakat atau Nama baik perusahaan.
5) Menyelenggarakan kampanye untuk mencapai tujuan tertentu.
Dengan kata lain PR bertujuan untuk membuat publik sasaran berpikir lebih tinggi tentang organisasi atau perusahaan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara menunjukkan hal-hal yang positif tentang apa yang telah dilaksanakan dan direncanakan. Memberikan keterangan-keterangan atau penjelasan kepada publik dengan jujur, sehingga publik merasa “Well-informed” dan diikut-sertakan dalam usaha-usaha organisasi atau lembaga tersebut. Selain itu sikap yang simpatik, ramah dan kata-kata yang sopan, yang menunjukkan perhatian terhadap public-welfare, perhatian terhadap kritik-kritik dan saran-saran publik dengan bijaksana akan dapat memberikan kepuasan pada usaha-usaha PR tersebut.
b. Proses Public Relations
Suatu organisasi atau perusahaan mengadakan kegiatan PR sebagai metode untuk memperoleh pengertian serta opini publik yang menguntungkan, karena berdasarkan pengalaman dan kesadarannya, hal tersebut diperlukan untuk kelangsungan hidup organisasinya. Opini publik dan pengertian hanya bisa dicapai apabila secara teratur dan terus menerus kegiatan PR diadakan, terutama jika antara setiap publik memiliki kepentingan yang sama dengan organisasi yang dikomunikasikan dengan jelas kepada publik-publik tersebut. d. Tugas dan Kegiatan Public Relations
Ruslan dalam bukunya Praktik dan Solusi Public Relations (1999: 13) mengatakan, pada dasarnya lingkup tugas dan fungsi PR dalam aktivitas manajemen atau organisasi perusahaan akan berhadapan dengan dua situasi yang berbeda, bahkan bertentangan. Yang pertama adalah kegiatan PR dalam situasi perusahaan “normal”. Kemudian yang kedua adalah saat berhadapan dengan masalah crucial point (krisis). Dalam situasi perusahaan normal fungsi dan tugas PR sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi masyarakat maupun praktisi PR, yaitu untuk menggiring persepsi atau opini public terhadap perusahaan yang diwakilinya untuk memperoleh identitas dan citra perusahaan (corporate identity and good image) yang baik. Sebaliknya, dalam situasi dan kondisi krisis manajemen, perusahaan akan berhadapan dengan sorotan yang bernada negative dari masyarakat, ditambah lagi dengan tekanan “liputan” dari pihak pers atau wartawan yang menampilkan atau menyoroti berita-berita sensasional dari perusahaan yang bersangkutan, yang tidak lagi menampilkan “fakta” dan data yang actual serta objektif tetapi menampilkan “pendapat” secara subjektif. Hal ini sejalan dengan meningkatnya peran dan tuntutan perusahaan terhadap fungsi PR yaitu merancang, menerapkan dan mengevaluasi hasil program komunikasi strategi agar citra korporat meningkat. Tugas PRO bagi perusahaan sangat vital, ia berhadapan langsung dengan publik yang beragam, untuk mengkomunikasikan kepentingan perusahaan. Beban tugasnya berat, ia harus meng-goal-kan program komunikasi internal dan eksternal, dan piawai memilih PR tools, agar aktivitas PR sesuai dengan kebutuhan komunikasi semua pihak (Hardiman, 2007: 198). Rosady Ruslan dalam bukunya Kampanye Public Relations lebih jauh mengemukan unsur-unsur utamanya menyangkut antara lain:
1) Fungsi manajemen yang melekat menggunakan penelitian dan perencanaan yang mengikuti standar-standar etis.
2) Suatu proses yang mencakup hubungan timbal balik antara organisasi dan publiknya.
3) Analisis dan evaluasi melalui penelitian lapangan terhadap sikap, opini dan kecenderungan sosial, serta mengkomunikasikannya kepada pihak manajemen/pimpinan.
4) Konseling manajemen agar dapat dipastikan bahwa kebijaksanaan, tata cara kegiatan dapat dipertanggung jawabkan secara sosial dalam konteks demi kepentingan bersama bagi kedua belah pihak.
5) Pelaksanaan atau menindak lanjuti program aktivitas yang terencana, mengkomunikasikan, dan mengevaluasi.
6) Perencanaan dengan I’tikat yang baik, saling pengertian dan penerimaan dari pihak publiknya (internal dan eksternal) sebagai hasil akhir dari aktivitas Public Relations.
Menurut Harris dalam Scott M. Cutlip, dukungan Public Relations mencakup hal-hal sebagai berikut:
1) Membangun gairah pasar sebelum kemunculan iklan
2) Mengarahkan program komunikasi ketika tidak ada iklan
3) Membuat berita iklan ketika tidak ada berita produk
4) Membawa iklan pada kehidupan
5) Memperpanjang program promosi
6) Membangun hubungan pribadi dengan pelanggan
7) Mempengaruhi para pemberi pengaruh
8) Mengkomunikasikan manfaat produk baru
9) Memperlihatkan tanggung jawab sosial dan membangun kepercayaan konsumen (menghubungkan perusahaan dengan dan merek-mereknya dengan penyebab dan kepedulian konsumena), dan
10) Mempertahankan produk yang berisiko (menanggapi kritik dan pernyataan keliru).
Pertumbuhan Public Relations yang dramatis dalam bauran komunikasi pemasaran didokumentasikan oleh survey atas 243 eksekutif pamasaran, lebih dari dua pertiga yang menyatakan membelanjakan lebih dari 20 persen anggaran pemasaran mereka untuk hubungan masyarakat. Sepuluh aktivitas yang dirinci di atas dengan jelas memperlihatkan bahwa sebagian besar yang disebut sebagai “hubungan masyarakat” atau “hubungan masyarakat pemasaran” adalah sesuatu yang telah diacu selama bertahun-tahun sebagai “publisitas”.
Apapun aktivitasnya, praktisi memainkan peran yang penting dalam bauran pemasaran, promosi penjualan produk dan layanan sambil membantu mendapatkan lebih banyak perhatian pada kepercayaan dan kebenaran pernyataan. Peran Public Relations yang meluas menciptakan dan mengelola proyek dan perangkat komunikasi untuk kewaspadaan dan pengingatan masalah produk, program pendidikan konsumen, dan program akses konsumen yang menghubungkan mereka dengan informasi dan sumber daya di perusahaan tempat mereka membeli produk dan layanan. Tetapi yang paling penting, perusahaan Nampak semakin terobsesi dengan pelanggan yang puas dengan memperbaiki kualitas produk dan layanan, lagi-lagi dengan memperbesar keterlibatan hubungan masyarakat (Scott M. Cutlip, 2000: 380-381).


















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Advertising atau periklanan adalah alat yang digunakan dalam kegiatan PR, termasuk diantaranya pembelian ruang/tempat dan waktu pada surat kabar, majalah, radio, televise, dan internet untuk menyampaikan informasi produk kepada target audiences. Baik advertising maupun Public Relations sama-sama digunakan sebagai alat dalam komunikasi pemasaran.
Konsep yang secara umum sering digunakan untuk menyampaikan pesan adalah apa yang disebut bauran promosi atau bauran pemasaran. Di dalam bauran pemasaran ini biasanya sering digunakan berbagai jenis promosi. Terdapat lima jenis promosi yang biasa disebut bauran pemasaran seperti yang dijelaskan diatas, penjualan tatap muka, humas, promosi penjualan, publisitas serta perusahaanan langsung.

DAFTAR PUSTAKA
Hanantijo, Djoko. Artikel Periklanan dan Isu-Isu Terbaru. Jurnal Mimbar Bumi Bengawan STIA ASMI Solo. Vol. 4 No. 10. 2011.
Kasali, Rhenald. Membidik Pasar Indonesia Segmentasi, Targeting, & Positioning. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2007.
Kotler, Philip. & Keller, Kevin Lane. Alih Bahasa Benyamin Molan. Manajemen Pemasaran. Edisi Kedua belas. Jilid 1. PT. Indeks. 2007.
Lee, Monle dan Carla Johnson. Prinsip-Prinsip Periklanan dalam Perspektif Global. Diterjemahkan oleh Haris Munandar dan Dudi Priatna. Kencana Prenada Media. Jakarta. 2007.
Schulz, Eric. The Marketing Game. Bagaimana Perusahaa-perusahaan Terbaik Kelas Dunia Bermain Untuk Menang. Penerbit Erlangga. 2011.
Tjiptono, Fandy. Pemasaran Jasa. Bayu Media Publishing. Malang. 2005.